AIDS
adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan
sekumpulan gejala yang menyertai infeksi
HIV. Infeksi
HIV disertai gejala infeksi
yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan
tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan
dari Human Immunodeficiency Virus.
Epidemiologi
Adanya infeksi
menular seksual
(IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV
(2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas
tubuh
sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian.
HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC
selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah
yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah
yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik
selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia
seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
- Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu
setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama
1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala
seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh
bagian atas) dan tidak gatal. Sakit
kepala,
sakit
pada otot-otot,
sakit
tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare
(mencret), mual-mual,
maupun muntah-muntah.
- Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala.
Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
- Sistem imun berangsur-angsur turun,
sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita
masuk dalam fase AIDS.
- AIDS merupakan kumpulan gejala
yang menyertai infeksi HIV. Gejala
yang tampak tergantung jenis infeksi
yang menyertainya. Gejala-gejala
AIDS
diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau
lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat
malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan
pendek,
diare
berat yang berlangsung lama, infeksi
jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina
dan mudah
memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya.
Stadium Infeksi
AIDS
Council of NSW
Stadium 1 Infeksi
primer:
Bila penderita mengalami infeksi
untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.
Penderita tetap merasa sehat, hal
ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.
Stadium 4 Kelainan
berat:
Penderita mengalami gejala-gejala
yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh
yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).
WHO
Stadium I
Tanpa gejala;
Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh
yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala,
aktivitas
normal.
Stadium II
Kehilangan berat
badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis
seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada
mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes
zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi
saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi
bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala,
aktivitas
normal.
Stadium III
Penurunan berat
badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih
pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi
bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot.
Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur,
kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV
- Kehilangan berat
badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare
kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan
kronik dan demam berkepanjangan yang tidak
diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
- Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
- Toksoplasmosis
pada otak.
- Kriptosporidiosis
dengan diare lebih dari 1 bulan.
- Kriptokokosis
di luar paru.
- Sitomegalovirus
pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
- Infeksi virus Herpes
simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut
tanpa memperhatikan lamanya.
- PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi
virus dalam otak.
- Setiap infeksi jamur yang menyeluruh,
misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
- Candidiasis
pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
- Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
- Septikemia salmonela bukan tifoid.
- TB di luar paru.
- Limfoma.
- Kaposi’s sarkoma.
- Ensefalopati HIV
sesuai definisi CDC.
Kelompok
Resiko
Ditinjau dari cara penularannya, kelompok
yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks
komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual,
penyalahguna narkoba suntik dan penerima
darah
atau produk darah yang berulang.
Dampak
yang timbtl akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah :
menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia
produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus
HIV/
AIDS pada bayi, anak
dan orang
tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap
penderita HIV/ AIDS masih kuat.
Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan
tubuh
seperti : darah,
cairan
air
mani (semen), cairan vagina
dan serviks,
air
susu ibu maupun cairan dalam otak.
Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah
kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan
seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik
yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah
dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi
ibu
hamil pada bayinya(sewaktu hamil,
melahirkan
maupun menyusui).
HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan
langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui
bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun
melalui gigitan nyamuk atau kutu.
Penularan HIV/
AIDS :
- Hubungan seksual dengan orang yang
mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks
dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
- Kontak darah/luka dan transfusi darah
– Kontak darah/luka dan transfusi darah
yang sudah tercemar virus HIV.
- Penggunaan jarum suntik
atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik
atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang
terinfeksi HIV.
- Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi
yang dikandungnya.
HIV tidak menular melalui gigitan
nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah, makan dam
minum dengan piring-gelas yang sama.
Cara Pencegahan
Pencegahan
yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku
beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual
dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah
dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual
(monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan
HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat
dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik
bersamaan dan jangan melakukan hubungan
seksual pada saat high (lupa dengan hubungan
seksual aman). Sedangkan pencegahan
pada ibu
hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil
(untuk menurunkan resiko penularan pada bayi)
dan pemberian susu formula pada bayi
bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah
penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
Pemeriksaan
sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan
dan pengobatan
yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6
bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor
resiko. Apabila sudah terdiagnosis infeksi
HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi
yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot
dilakukan di negara-negara
maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan
menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.
Beberapa kelemahan dan keunggulan
tes pemeriksaan
infeksi
HIV :
1. Tes Elisa – Keuntungan : murah;
efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2
dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan
transfuse darah
terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil dan
terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.
2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan
: hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap (whole blood); tidak
butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan
terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah
dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal
untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin
pendingin (2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing
wajib; pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.
3. Tes Air Liur dan Air Kencing –
Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana; cocok untuk orang yang
menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih aman
(karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing
yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong
timbulnya mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di
lapangan.
4. Tes Konfirmasi (Western blot)
– Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif dari tes pertama.
Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus terlatih.
5. Antigen Virus - Keuntungan
: mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah;
mendiagnosis infeksi bayi
baru lahir; memonitor pengobatan
dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk tes darah.
6. VCT (Voluntary Counseling And
Testing) - Kelemahan : perlu pelayanan konseling
yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.
Pengobatan
HIV/
AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan
ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis
obat-obat antiretroviral :
- Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion
inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel
hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
- Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam
DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini
adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
- Integrase inhibitors, menghalangi
kerja enzim
integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk
membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia
dimulai tahun 2001 (S-1360).
- Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim
protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang
tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir,
Ritonavir, Lopinavir, dll.).
- Immune stimulators (perangsang imunitas)
tubuh
melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2),
Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
- Obat antisense, merupakan “bayangan cermin”
kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah
fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
Perawatan dan Dukungan
Perawatan dan dukungan
untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal
tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA
sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi
hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/
AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/
AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.
Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS
1) Makan makanan
bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan
dan bekerja/ beraktivitas. 3) Istirahat
cukup. 4) Sayangilah diri sendiri. 5) Temuilah teman/ saudara
sesering mungkin. 6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan.
7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe
resep dan hindari mengurung diri sendiri.
Perawatan di rumah (home care)
1. Melakukan pendidikan
pada odha dan keluarga tentang pengertian,
cara penularan, pencegahan, gejala-gejala,
penanganan
hiv/
aids, pemberian perawatan, pencarian bantuan dan motivasi
hidup.
2. Mengajar keluarga
ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi
dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar
dan menjawab pertanyaan, menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan
mandiri serta pemecahan masalah.
3. Mencegah penularan HIV di rumah
dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju
tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.
4. Menghindari infeksi
lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan
matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung
saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.
5. Menghindari malaria dengan
menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.
6. Merawat anak-anak
dengan HIV/
AIDS, yaitu dengan memberikan makanan
terbaik (ASI), memberikan imunisasi,
pengobatan
apabila si kecil sudah terinfeksi, serta memperlakukan anak
secara normal.
7. Mengenal dan mengelola gejala
yang timbul pada ODHA.
Gejala-gejalanya
seperti demam,
diare,
masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual
dan muntah,nyeri,
kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.
8. Perawatan paliatif (untuk
memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan, membantu belajar mandiri,
menghibur saat sedih,membangun motivasi
diri).
0 komentar:
Posting Komentar